Komunitas Jazz Jogja

Komunitas Jazz Jogja

Salah satu sedulur jazz yang ikut menemani sepak terjang Ngayogjazz dari awal ini merupakan wadah yang menaungi beberapa sedulur di Yogyakarta yang memiliki minat di dunia musik jazz. Musik yang berasal dari negeri Paman Sam ini menjadi salah satu yang sangat diminati oleh sedulur jazz dari kota Yogyakarta. Besarnya antusiasme ini jugalah yang melahirkan berbagai komunitas yang tersebar di kota pelajar ini. Beberapa nama seperti sedulur Etawa Jazz Club, Alldint dan JazzMbenSenen, merupakan segelintir komunitas yang menjadi bagian dari keluarga besar Komunitas Jazz Jogja. Masing-masing dari komunitas pun memiliki ciri khas dan warna tersendiri yang menjadikan Komunitas Jazz Jogja sama seperti Indonesia yang beragam lho Honn.

JazzMbenSenen

JazzMbenSenen di perayaan Ngayogjazz 2019 kali ini akan diwakili oleh beberapa nama seperti Tricotado, Berdua Saja dan NU. Tricotado merupakan salah satu nama yang sudah tak asing lagi di Komunitas Jazz Jogja. Kiprahnya sudah tidak diragukan lagi, dan pada kesempatan kali ini akan mengeluarkan debut album teranyar mereka.

Berdua Saja menjadi salah satu nama yang mewakili JazzMbenSenen diperayaan Ngayogjazz 2019. Duo yang berawal terlahir dari proses pra-nikah ini dibentuk oleh pasangan Harly Yoga Pradana dan Dhara Lastarya Jannata. Keduanya kemudian melahirkan album dengan tajuk Janji Merpati. Komposisi yang ada didalamnya merepresentasikan kisah pasangan yang juga piawai dalam bermusik ini dalam memaknai kebahagiaan. Nama Berdua Saja resmi disandang sehari setelah hari pernikahan keduanya yaitu 18 Agustus 2018. Pada Ngayogjazz 2019 kali ini, pasangan ini akan berbagi kisah dan kebahagiaan melalui komposisi garapan mereka lho Honn. Patut untuk dinantikan penampilannya!

Sedangkan NU menjadi nama lain yang akan ikut merayakan Ngayogjazz 2019 di Kwagon. Nama NU sendiri merupakan singkatan dari dua personil dari project yang digawangi oleh Paulus Neo dan Anggrian ‘Unggry’ Hidah. Proyek ini sendiri Honn awalnya lahir dari keisengan keduanya untuk menghasilkan komposisi dengan nada-nada romantis untuk album debutnya. Keduanya kemudian berproses, menggali referensi, dan berefleksi dari hasil obrolan ringan mengenai pengalaman mereka. Dari proses reflektif ini lahirlah garapan yang dituangkan ke dalam melodi dan lirik. NU sendiri tidak ingin terjebak hanya pada satu genre atau tema dan lebih ingin menonjolkan proses menghasilkan karya. Format duo juga membuat mereka lebih leluasa untuk menggandeng atau berkolaborasi dengan musisi lain untuk memperkuat cerita dan pesan serta warna dari komposisi yang digarap. Mari kita dengarkan kisahnya di Ngayogjazz 2019 Honn!

Alldint

Dalam gelaran Ngayogjazz 2019, Alldint juga mengirimkan wakilnya untuk ikut klothekan bersama sedulur Komunitas Jazz Yogyakarta. Ada dua nama yang diusung, pertama adalah Doni Kurniawan Project dan BUKTU. Doni Kurniawan Project sendiri merupakan proyek musik yang dibentuk oleh Doni Kurniawan/Doni Alldint. Proyek ini bertujuan mengapresiasi karya dan komposisi musisi Jogja dengan pendekatan musikal yang mungkin berbeda sehingga memberikan warna yang berbeda dari garapan asli dari karya tersebut. Pada kesempatan perdana ini, beberapa garapan yang akan disajikan merupakan karya dari musisi Yogjakarta yang turut melibatkan Doni Kurniawan didalamnya, baik sebagai bassis, pengarah musik, produser, maupun mentor.

Sedangkan BUKTU, merupakan nama lain yang diusung oleh Alldint. Band yang lahir Juni 2016 ini bermarkas di Yogyakarta. Konsep musik yang dibawakan bisa dibilang unik, menggabungkan musik eksperimental, post-rock, ambience, dan puisi dalam karyanya. Para pendengar akan diajak untuk tenggelam ke dalam atmosif a la BUKTU, dengan perpaduan soundscape dan ‘mantra’ yang ada dalam komposisi garapan mereka Honn. Pada November 2017, BUKTU merilis debut album dengan tajuk Mengeja Gejala Menjaga Dendam, berisi 13 lagu dan seluruh proses rekaman, mixing, serta mastering dilakukan di studio Satrio Piningit Sasi Krono. Album ini lahir saat melakukan tur di Bali untuk program ChaosNonMusica dan mendapatkan respon yang positif. Nah, terdengar magis bukan? Mari tenggelam bersama komposisi magis garapan BUKTU di Ngayogjazz 2019!

Etawa Jazz Club

Sebagai salah satu nama yang bisa dibilang senior di Komunitas Jazz Yogyakarta, Etawa Jazz Club juga membawakan perwakilannya untuk ikut andil dalam pergelaran Ngayogjazz 2019. Dari tahun ke tahun, Etawa Jazz Club memberikan ruang bagi musisi muda dan juga senior untuk jamming session dan belajar bersama setiap hari di Pyramid Café yang berlokasi di jalan Parangtritis. Tidak sedikit pula musisi dengan talenta luar biasa yang lahir dari komunitas ini. Etawa Jazz Club pada kesempatan kali ini akan menggandeng dua nama yaitu Titisari dan Prima.

Titisari merupakan grup pertama yang diusung, dengan materi yang benar-benar segar. Formasi ini diperkuat oleh Endung Zulfianto (gitar), Yosua YB (drum), Sohian Kolinus (saksofon), Titisari (vokal) dan juga satu pemain bass yang masih dirahasiakan. Project ini bermaterikan musisi dari semester baru yang dimiliki oleh Etawa Jazz Club. Di Ngayogjazz 2019 nanti, mereka akan membawakan komposisi garapan dengan semangat anak muda.

Penampil lain yang tak kalah handal, Prima, akan menjadi salah satu ujung tombak lain yang dimiliki oleh Etawa Jazz Club. Prima sendiri akan membawakan lagu standar jazz dengan aroma nostalgia yang kental. Rata-rata punggawanya memang terbilang senior namun semangatnya tak kalah dengan anak-anak muda. Prima akan digawangi oleh Agung Prasetyo (bass), Agus Tri Mantoro (drum), Santoso (keyboard) dan Prima (vokal).

Kedua grup dari Etawa Jazz Club ini memiliki kemiripan dalam pemilihan nama yang diambil dari masing-masing vokalis grup yang ada. Nama ini diambil apik sehingga cocok untuk menjadi representasi dari tiap project yang akan diusung oleh Etawa Jazz Club. Ada kejutan-kejutan yang akan dihadirkan oleh Etawa Jazz Club dalam penampilannya di Kwagon besok lho Honn! Jadi jangan lewatkan penampilan keduanya di Ngayogjazz 2019!