WARTA

16
Nov

Kirab Pembuka Berhenti di Messiom Jazz, Museum Jazz a la Ngayogjazz

Membahas mengenai sejarah, di Padukuhan Kwagon pun terdapat satu bangunan yang ditujukan untuk menjadi messiom, atau plesetan dari museum. Tempat bersejarah ini bertujuan untuk menceritakan tentang sejarah jazz yang diinisiasi oleh mendiang Djaduk Ferianto, sebagai salah satu Board of Creative Ngayogjazz. Ada satu prosesi yang terjadi sebelum Messiom Jazz resmi dibuka. Salah satunya arak-arakan bregada yang mengiringi keluarga dan kerabat Djaduk Ferianto dan juga para pemangku kreatif Ngayogjazz. Mereka berjalan dari Panggung Genteng menuju Messiom setelah pembukaan usai digelar. 

Ada tiga figur kenamaan (menurut Ngayogjazz) yang menjadi narasumber museum ini, ada Koh Kendal Jipit, Bapak Hendy van Braok dan Prof. Vendra Koving Je Piping. Ketiga tokoh ini berkolaborasi untuk mendirikan museum jazz bernama Messiom Jazz. Ada hal-hal yang tak pernah terungkap, seperti musik jazz yang ternyata sudah ada sejak Perang Jawa, karena Pangeran Diponegoro bilang jazz-jazz-jazz alias menirukan suara bunyi kereta api. Boleh percaya, tapi lebih baik tidak percaya Honn!

Isi messiom jazz bukan hanya gojek atau lelucon, tetapi ada sisi sejarah jazz yang memang begitu sentimentil bagi mendiang Djaduk Ferianto. Seluruh kumpulan koleksi musik dan barang-barang monumental berbau jazz dari versi Ngayogjazz dipamerkan di messiom ini. Nama-nama seperti Bubi Chen, Jack Lesmana, Udin Zach, Broery Marantika, Mus Mualim, Dullah Suweileh sebagai musisi jazz asal Indonesia sudah mengharumkan nama bangsa hingga ke berbagai negara. 

Menariknya, semua barang monumental ini terpajang dan tertata rapi disini sehingga bisa disimak dan dinikmati oleh pengunjung. Messiom memiliki peran seperti museum pada umumnya, hanya saja dibungkus dengan guyonan khas Ngayogjazz. Messiom ini hanya bisa ditemui di Ngayogjazz lho Honn! Oleh sebab itu pastikan mampir di perayaan Ngayogjazz 2019.