Membawakan lagu It’s Only A Papermoon dan At Last, rekan-rekan Jazz Mben Senen membuka Lekasan Ngayogjazz yang sudah memasuki edisi keempat. Kali ini Lekasan Ngayogjazz dipandu oleh tiga orang pranata acara yaitu Diwa Hutomo, Simbah Unggry, dan Fira Sasmita. Di awal acara para pranata acara memberikan informasi mengenai kuis yang diselenggarakan di Lekasan Ngayogjazz edisi keempat kali ini, termasuk menangkap tukang bakso yang terlihat di layar. Lekasan kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari Droplet Band, nama pemberian Fira Sasmita kepada band Lekasan, yang membawakan Lullaby of Birdland and Come Together.
Edisi Lekasan Ngayogjazz kali ini mengangkat tema Sumpah Pemuda. Para pranata acara menyerukan walau pandemi, pemuda tetap on! Pada sesi bincang pertama, para pranata acara menghadirkan dua orang bintang tamu berkaitan dengan tema edisi Lekasan Ngayogjazz kali ini, mas Vindra dan Baruna. Keduanya menjadi wakil “pemuda” yang tetap aktif berkarya dan berkegiatan di tengah pandemi. Keduanya aktif dan reaktif dalam merespon kondisi yang ada saat ini. Mas Vindra, sebagai salah satu penggagas Ngayogjazz, yang dikerjakan secara kolektif menjelaskan mengenai proses jamming yang membentuk acara tahunan ini dan berkembang hingga seperti sekarang. Mas Vindra juga memberikan soal bocoran Ngayogjazz 2020 kali ini yang diselenggarakan secara daring. Penyelenggaraannya pun tetap di desa, namun lokasi dirahasiakan karena tempatnya adalah zona hijau dan supaya tempatnya tetap steril. Sedangkan Baruna, yang juga ikut dengan mas Vindra, menciptakan karakter dinosaurus pink sebagai upaya untuk ngobrol dengan rekan-rekan secara daring.
NU kemudian tampil dengan membawakan lagu Pengikat Mimpi dan Tak Terbatas, dilanjutkan sesi obrolan ringan bersama dengan para personilnya. Band ini terbentuk karena keresahan personilnya, Simbah Unggry, yang pada waktu itu sering curhat kepada Neo kok tidak rabi-rabi. NU sendiri berasal dari nama penggagasnya Neo dan Unggry, namun ketika tampil dan proses kreatifnya dibantu juga oleh rekan Komunitas Jazz Jogja. NU sendiri aktif berkarya, sudah menggarap dua belas lagu namun baru dirilis dua, rencananya akan menggarap album. NU kemudian lanjut tampil membawakan lagu Rindu dan Perpisahan serta Kurayu Sunyi.
Sebelum Tricotado tampil, pranata acara membacakan pertanyaan yang bersliweran di Youtube. Pranata acara mengundang, Ajie Wartono sebagai salah satu penggagas Ngayogjazz, untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh rekan-rekan di sosial media mengenai penyelenggara Ngayogjazz, persembahan untuk Djaduk Ferianto dan juga makna Lekasan.
Kemudian Tricotado tampil membawakan Lencana Pagi, Singgahi Malam, Tembang Hujan dan Candu Kenangan untuk memeriahkan Lekasan Ngayogjazz edisi keempat kali ini. Usai tampil, Tricotado bercerita mengenai sejarah terbentuknya band ini, yang ternyata terkait erat dengan Ngayogjazz. Para personil juga bercerita mengenai formasi mereka yang menggunakan kendhang Sunda dalam formasi band mereka. Dalam proses pembuatan musiknya, Tricotado mengerjakan melodinya lebih dahulu baru menggarap lirik diakhir.
Lekasan Ngayogjazz edisi keempat kali ini kemudian ditutup dengan penampilan dari Tricotado, dengan Ku Rindu Pulang, sekaligus penampilan spesial Kopi Dangdut versi pranata acara yang diiringi oleh Tricotado. Masih ada dua Lekasan lagi lho Kancaku Honn sebelum gelaran Ngayogjazz 2020! Pastinya akan ada bocoran lain mengenai pelaksanaan Ngayogjazz 2020 besok, penasaran? Jangan sampai ketinggalan ya Kancaku Honn!