Beratap awan diterangi oleh bulan dan bintang untuk acara malam Lekasan Edisi Kelima Ngayogjazz 2020. Dibuka dengan home-band yang berasal dari komunitas Jazz Mben Senen asal Yogyakarta. Membawakan 3 buah lagu dengan judul One Note Samba, You Look Good dan Valerie. Ketiga lagu tersebut diaransemen ulang oleh teman-teman Jazz Mben Senen, dan membuahkan aura santai yang sekiranya cocok untuk menenangkan pikiran sepulang bekerja. Layaknya orang berlari, lagu yang dibawakan oleh Jazz Mben Senen merupakan pemanasan awal untuk memulai Lekasan Ngayogjazz yang kelima. Rangkaian awal yang hangat tersebut sekiranya dapat berdampak pada keseluruhan acara.
“Haha haha haha” merupakan kata-kata awal yang terucap dari tiga mulut pembawa acara Lekasan kelima. Ada Honn Unggry, Honn Fira dan Honn Diwa yang selalu membawa aura nyelelek kala menjadi pembawa acara di Ngayogjazz. Dibuka dengan tertawa yang berpura-pura kemudian lanjut pada bincang-bincang sersan—serius tapi santai—bersama beberapa General Manager hotel di Yogyakarta dan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada bapak Singgih Raharjo, SH. M.Ed yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, bapak Novi Soesanto (GM Novotel Suites Malioboro Hotel), Mr Herman Courbois (GM Royal Ambarrukmo Hotel), Ibu Wahyu Wikantriprastiwi (GM Hotel 101 Tugu) dan Bapak Ivan Andries (GM GAIA Cosmo).
Sesuai dengan jumlah Lekasan, lima sosok yang mendukung Ngayogjazz ini memberitakan tentang pemulihan Pariwisata di Yogyakarta dengan berbagai cara. Mulai dengan pemberlakuan protokol kesehatan selama menginap di hotel hingga cara menjaga kamar-kamar penginapan tetap steril. Pada intinya, kelima sosok ini menekankan adanya kerjasama antar manusia, baik dari penyedia jasa penginapan, pun konsumen hotel.
Berlanjut pada sesi musikal, disiarkan langsung dari Surabaya, komunitas Fuzzion Jazz melakukan Jammin Session bersama teman-teman Jazz Mben Senen secara virtual. Jamming Session yang memakan waktu sekitar 3-5 menit ini dilanjutkan dengan bincang santai yang menularkan semangat bangkit dari pandemi. Teman-teman Fuzzion Jazz Surabaya menyatakan bahwa Yogyakarta bisa bangkit pandemi layaknya Surabaya. Ibukota Jawa Timur memang sudah beraktifitas secara normal, bahkan sudah ada Parade yang memberikan imbas pada tiap bidang roda ekonomi.
Aura serius tapi santai terus terjaga selama Lekasan Ngayogjazz berlangsung. Setelah bincang interaktif dengan komunitas Fuzzion Jazz Surabaya, grup Berdua Saja tampil dengan romantisnya. Malam menjadi semakin hangat ketika mereka tampil dengan 3 lagu berjudul Waktu Berdua Saja, Janji Merpati dan Rinduku Untuk Mentari. Pasangan suami istri yang bermusik ini memberikan suasana acara semakin hikmat dan siap dengan sesi selanjutnya.
Setelah diselingi musik syahdu dan romantis, saatnya berbincang kembali dengan Jogja Blues Forum. Komunitas yang biasa berkumpul sebulan sekali tiap rabu minggu pertama ini membedah dirinya tentang dinamika komunitas. Mulai dari jumlah orang, hingga cara para anggota belajar secara mendalam tentang Blues pun hal-hal teknis dalam musik. Sesi kali ini dipandu oleh Honn Alit Jabangbayi dan Honn Gundhi—jangan disalahkan apabila sesi ini kemudian nyeleneh—yang berbincang dengan Honn Yoga dari Jogja Blues Forum.
Bedah informasi yang padat dan cukup terasa kurang jika tidak dibuktikan dengan penampilan. Sebagai band terakhir yang menyemarakkan malam Lekasan Ngayogjazz, Jogja Blues Forum memamerkan tiga lagu cover dengan judul Six Strin Down – Jammie Vaughan, I Shoot The Sherif dan Rock n’ Roll. Ketiga lagu tersebut menjadi gong pertanda usainya malam lekasan yang berlangsung selama lebih kurang tiga jam. Ditutup dengan musik plus gojekan para pemandu acara, membuat senin malam terasa enteng setelah pulang bekerja. Kerinduan akan Ngayogjazz jelas tidak akan terbayar penuh dengan 3 jam acara malam lekasan. Maka dari itu, Ngayogjazz akan datang mengetok pintu sedulur jazz pada tanggal 19 November mendatang untuk malam Lekasan terakhir sebelum menuju puncak acara tanggal 21 November 2020. Dienteni wae Honn, tetap sehat lho ya !