Ini cerita bgmn @ngayogjazz bisa memberikan kejutan & menghadirkan penampil yg membuka wawasan mengenal musisi yg blm dikenal sblmnya.
Ini terjadi di Ngayogjazz 2017 dimana saya tertambat pada @nonariamusic.
Video selengkapnya bisa ditonton pada tautan https://t.co/mLm21DmAP7 pic.twitter.com/thUx0pUFAt— Tj Singo (@singolion) November 19, 2021
Bagi sedulur jazz yang sudah sering datang di perayaan Ngayogjazz, ada satu sosok familiar yang selalu muncul setiap tahunnya. Sosok ini seringkali terlihat sedang wara-wiri sembari membawa kamera. Sosok satu ini terpantau absen hanya pada saat perayaan Ngayogjazz pertama pada tahun 2007, namun masih menyimpan memorabilia berupa stiker. Belum lama ini di akun twitter-nya, sosok ini mempertontonkan koleksi memorabilia Ngayogjazz yang dikumpulkannya dari tahun ke tahun. Mulai dari stiker, gantungan kunci, baju hingga booklet, inilah beberapa koleksi yang dikumpulkan oleh pak Singo, fans Ngayogjazz garis keras yang tak pernah absen hadir sejak tahun 2008.
Honn Singo adalah salah satu pengunjung yang selalu datang awal di setiap gelaran Ngayogjazz. Bisa dibilang saat panitia sedang bersiap, sosok honn Singo sudah hadir dan wara-wiri keliling desa untuk mengabadikan momen Ngayogjazz melalui kameranya. Tak jarang beliau juga membawa beberapa koleksi kaset atau cd dari para penampil yang menjadi pengisi acara bagi Ngayogjazz pada tahun tersebut, untuk dibubuhkan tanda tangan oleh sang empu pembuat karya.
Awal mula honn Singo hadir nggasik adalah di tahun 2012 ketika Ngayogjazz diselenggarakan di Brayut. Ternyata acara pembukaan dirasa menarik oleh beliau. Sosoknya tercatat absen datang awal karena keperluan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan di tahun 2014. Kekecewaan ini diungkapkan oleh beliau di dalam tulisannya yang diunggah ke blog pribadinya karena merasa tidak bisa menikmati Ngayogjazz pada waktu itu secara utuh. Kekecewaan pribadinya ini sempat mendapat tanggapan kurang menyenangkan karena hanya membaca judul tulisan yang dibuat oleh honn Singo dianggap kecewa terhadap Ngayogjazz oleh salah seorang pengguna twitter. Lain kali luwih cermat macane yo honn!
Setiap tahun honn Singo berusaha datang lebih awal untuk menikmati acara. Baginya, terlepas dari hubungan baik yang dijalin dengan beberapa penyelenggara, honn Singo merasa bahwa Ngayogjazz terbuka dengan kehadiran orang-orang dan tidak memiliki pemikiran negatif. Ngayogjazz dirasa oleh beliau tidak rigid atau kaku, tidak seperti event industri yang penuh prosedur. Honn Singo merasa bahwa menikmati Ngayogjazz bisa melebar.
Penikmat musik dan juga kolektor, inilah gambaran singkat mengenai sosok honn Singo. Beliau masih menyimpan memorabilia Ngayogjazz dari kebiasaannya mengoleksi kaset atau cd yang kemudian menular. Berawal dari ketidaksengajaan, honn Singo yang memiliki jiwa sebagai kolektor dari tahun ke tahun mengumpulkan dan menyimpan pernak-pernik Ngayogjazz, salah satu koleksinya adalah booklet. Booklet ini selain menjadi tuntunan untuk dapat menikmati acara juga sebagai dokumentasi yang digunakan oleh beliau untuk mencatat. Honn Singo bisa tahu berapa kali Dewa Budjana atau Tohpati hadir misalnya dari booklet yang dikumpulkan. Selain itu, dari booklet ini beliau juga panduan bagi beliau menulis dan bercerita dengan memadukan memori dari kehadirannya di Ngayogjazz dengan tulisan dari booklet. Selain booklet, beliau juga menyimpan kaos Ngayogjazz dari tahun ke tahun sebagai kenang-kenangan. Namun untuk kaos yang dikeluarkan pada tahun 2011 dan 2017 oleh honn Singo kondisinya dianggap sudah tidak layak karena sering beliau digunakan.
Fans Ngayogjazz garis keras yang satu ini berencana untuk terus mengumpulkan memorabilia Ngayogjazz, karena baginya jika berhenti mengoleksi maka honn Singo bukan kolektor. Honn Singo terpikir bahwa nantinya koleksi tersebut barangkali bisa digunakan dan bermanfaat bahkan untuk pihak Ngayogjazz sendiri. Honn Singo juga sempat melontarkan wacana untuk membuat museum Ngayogjazz dari koleksi miliknya. Jadi honn, kalau melihat sosok satu ini ini wara-wiri di Ngayogjazz boleh lho bertegur sapa dengan beliau, siapa tahu bisa mendapatkan cerita menarik soal perayaan tahunan ini. Monggo lho honn!
@ngayogjazz 2012 ning Brayut udane deres tenan. Panitia salah pawang. Sing disewo dudu pawang udan tapi pawang ulo. Mangkane ra iso nahan udan ? . Mulih nggowo booklet ro sticker (maneh) karo CD kompilasi pic.twitter.com/Ii00D2chuJ
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021
@ngayogjazz 2011 2. Memorabiliane booklet dan sticker dan CD kompilasi. Pulang dari Semarang sudah magrib, terus adus, langsung cabut ke Kotagede. Kotagede jadi lautan manusia, lewat wae angel. Untung waktu itu belum pandemi. Senggol2an isih aman ? pic.twitter.com/gfjl8tnNNz
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021
@ngayogjazz 2013. Selain booklet dan sticker koyo sak durunge, tahun kuwi rodo okeh, honn. Aku duwe gantungan kunci ro kaos. Kaos wae nganti telu. Karo CD kompilasi jugak ? pic.twitter.com/YWYflR3qi2
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021
@ngayogjazz 2014. Dah ndak ada sticker seperti tahun2 sebelumnya. Booklet masih ada. Tambahi gantungan kunci soko kulit. Embuh kulit opo, mungkin kulit sapi sing kudune digawe krecek ? pic.twitter.com/1IH5GRkWdT
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021
@ngayogjazz 2015. Langganan nglumpukke booklet. Tapi, aku masih menyimpan notes dari Ngayogjazz ini. Dan juga kaos. Kenangan lain sing rodo pait, camera ku tibo. Rodo nangis sitik, honn. pic.twitter.com/hLQg4uGc2K
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021
@ngayogjazz 2018. Ternyata, inilah lokasi terjauh Ngayogjazz, Gilangharjo, Pandak, Bantul. Untung google map sudah mulai populer dan bisa membantu mencapai lokasi. Lumayan lah memorabilianya dapet kaos dan booklet seperti sebelumnya. Kaos e pik nan, honn ? pic.twitter.com/6DedLFY6m8
— Tj Singo (@singolion) November 12, 2021