Waktu terus berlari sampai manusia terkadang lupa sudah saatnya untuk rehat sejenak dan beristirahat. Waktu yang terlalu cepat bergerak tak terasa kala Ngayogjazz terselenggara. Perasaan nano-nano pun bergumul di dada para sedulur jazz dan penduduk Karang Tanjung. Sedih karena segera berakhir, tetapi senang karena mengakhiri malam minggu dengan kemeriahan. Bunyi harmonis yang saling bertautan dari satu panggung ke panggung lainnya pun menambah suasana riuh malam minggu ini.
Sedikit menelisik perjalanan Ngayogjazz kali ini, sekiranya dapat mengobati kesedihan sedulur jazz akan sebuah berakhirnya gerakan kebudayaan pada kesempatan kali ini. Diawali dengan parade Bregada dan Jaran Edan, Ngayogjazz resmi dibuka sebagai festival budaya yang cair. Ada tiga panggung yang dimaknai sebagai sebuah pengharapan, yaitu Bregas, Waras dan Saras. Harapan akan kesehatan dan keselamatan terlihat begitu hidup, ketika ketiga panggung tersebut penuh dengan bebunyian.
Parade Bregada, sambutan dari beberapa pejabat daerah dilanjutkan dengan penampilan pambuka secara langsung oleh Noto dan Swingayogya. Big Band bentukan KPH Notonegoro ini menambahkan keriuhan pembukaan Ngayogjazz dengan begitu mewah. Kelengkapan alat musik tiup dan gubahan anyar untuk lagu dolanan dibawakan kepada hadirin tamu undangan sekaligus warga Karang Tanjung yang hadir. Waktu terus berjalan dan beragam penampil pun sudah menyajikan santapan pertunjukkan musikal yang wangun banget honnn…
Berbincang soal penampil, di beberapa festival musik memang terkadang ada kejutan yang tidak terduga. Pun dengan penyelenggaran Ngayogjazz yang selalu memberikan kejutan tiap tahunnya. Salah satunya dari The Aliansi SkaJazz Ansamble, yang mak jegagik menutup penampilan mereka dengan menggandeng mas Heruwa (Shaggydog) untuk turut berdendang di atas panggung. Sejak awal memang The Aliansi SkaJazz Ansemble membawakan musik Ska Tradisional, mereka pun menutup penampilan manisnya bersama mas Heru dengan lagu Zoot Suit-Riot karya Cherry Poppin’ Daddies.
Kejutan tidak hanya datang dari panggung Waras, dari panggung Bregas pun tersiar kabar bahwa para penampil tidak habis-habisnya memberi kesan magis. Nita Aartsen tampil begitu memukau, bersama para talenta jazz muda. Berlari sedikit ke arah timur Karang Tanjung, Papua Original membagikan cinta dan semangat kepada para sedulur jazz untuk dapat mengakhiri hari dengan penuh keceriaan.
Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10 malam, sudah waktunya sedulur jazz untuk rehat mengakhiri hari. Pada panggung Saras, Papua Original menutup penampilan dengan meninggalkan pesan cinta dari Papua. Sementara panggung Waras ditutup oleh Brayat Endah Laras dan Balawan yang menyematkan pesan untuk Odi Aggam (alm) dan Djaduk Ferianto (alm). Terakhir, panggung Bregas ditutup oleh Krakatau Ethno yang membawakan lagu dan vokal magis yang dari barat hingga timur Nusantara. Pada kesempatan kali ini Ngayogjazz meninggalkan pesan kerinduan dan siap ditunggu untuk bertemu honn semua secara luring di tahun berikutnya. Sampai jumpa di Ngayogjazz 2022 ya honn!