WARTA

18
Nov

Semangat dan Jiwa yang Terus Menggema di Ngayogjazz 2019

Ribuan pengunjung tumpah ruah berjalan menuju arah panggung Genteng saat waktu sudah mendekati pukul setengah sepuluh malam. Bagaimana tidak? Lokasi ini akan menjadi set panggung penutup gelaran Ngayogjazz 2019. Penonton yang sudah berada di area ini sudah tidak bisa bergerak sama sekali. Keadaan umpek-umpekan ini tidak membuat para pengunjung yang hadir kehilangan semangat, justru malah semakin ramai.

Sebagian sedulur penggemar Kua Etnika sudah nampak memenuhi depan panggung, pun dengan fans Soimah dan sobat ambyaryang memenuhi seputaran panggung. Kua Etnika memang akan tampil dengan format spesial dengan menggandeng penyanyi dan sinden kenamaan Soimah dan Godfather of Broken Heart, Didi Kempot. Ini adalah sebuah kolaborasi yang dibentuk dan digagas untuk memeriahkan Ngayogjazz 2019.

Sebelum Kua Etnika menghibur para penonton, Grup band asal Belanda, Arp Frique, memeriahkan Ngayogjazz untuk pertama kalinya sebagai bagian dari misi budaya Erasmus Huis. Membawakan irama musik afro-beatfunkgroove, dan jazz kontemporer. Niels Nieuborg, persona dibalik Arp Frique, menjelaskan bahwa musik yang dibawakan barangkali “unik”, akan tetapi hal tersebut akan menjadi pengalaman yang menarik bagi penonton. Hal tersebut terbukti dengan penonton yang antusias bergerak mengikuti irama musik yang dibawakan. Rollercoster musik a la Arp Frique membius penonton yang hadir. 

Suasana menjadi trenyuh, ketika Kua Etnika kemudian tampil di atas panggung dan mengajak penonton menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Tampak juga di sudut panggung, instrumen yang bisa dimainkan oleh Djaduk Ferianto telah terusun rapih. Lagu pembuka membuat suasana menjadi haru. Tak berlama-lama larut dalam suasana haru, Soimah membuat suasana menjadi pecah dan meriah. Hadir membawakan tembang Kartonyono Medot Janji dengan aransemen khas Kua Etnika, Soimah tak luput juga menghibur hadirin dengan sesekali melemparkan guyonan khas-nya. Seluruh penonton yang awalnya duduk, seketika itu juga berdiri dan ikut berjoget dan bergembira bersama. 

Setelah membawakan beberapa lagu, Soimah kemudian mengundang Didi Kempot ke atas panggung. Gegap gempita penonton semakin terasa. Suasana semakin panas ketika Didi Kempot sesekali membawakan lagu dengan aransemen dangdut dengan cendol-dawet-nya. Beberapa lagu yang dibawakan pada kesempatan kali ini justru banyak menyajikan aransemen yang digarap oleh Djaduk Ferianto bersama Kua Etnika dan Didi Kempot. Stasiun Balapan digubah dan memberikan warna yang berbeda dari aransemen yang biasa diputar. Kolaborasi ciamik ini membawakan kurang lebih delapan lagu untuk menutup gelaran ini dengan apik.

Disela-sela pertunjukkan Didi Kempot sempat mengundang Butet Kertaradjasa untuk naik ke atas panggung. Butet mengungkapkan, “Djaduk pasti seneng banget, kita mengantar Djaduk ke surga dengan kegembiraan”. Butet juga mengungkapkan, “dalam iman yang diyakini Djaduk, Yesus bangkit setelah 3 hari kematiannya, malam ini, Djaduk bangkit setelah 3 hari kematiannya. Terima kasih atas kegembiraan yang penonton ciptakan bersama, yang malam ini membangkitkan Djaduk sendiri. Semua mengikhlaskan kepergiannya”. Butet juga berharap bahwa perayaan Ngayogjazz tidak berhenti, karena Djaduk Ferianto telah menjadi rabuk sehingga tidak alasan pergelaran tahunan ini untuk berhenti dan meneruskan mimpi sang musisi legendaris.

Semangat dan juga kegembiraan menggema dimana-mana pada perayaan Ngayogjazz 2019. Hal ini sama seperti Djaduk Ferianto, yang bersemangat untuk menyebarkan kegembiraan di tengah masyarakat. Kepergiannya bukan menjadi akhir, tapi awal untuk terus menyebarkan semangat ini kepada generasi berikutnya. Menyebarkan kegembiraan dan seneng-seneng barengSugeng kondur dan matur nuwun om Djaduk! Jiwa dan semangat ini tak akan berhenti dan terus dibawa pada Ngayogjazz di tahun-tahun berikutnya. Sampai jumpa di Ngayogjazz 2020 ya Honn!