WARTA

17
Nov

Ketika Superman, Si Buta dari Gua Hantu dan Kliwon Belajar Dari Panembahan Senopati

Suara instrument banjo dan saxophone serta drum blek, yang instrumennya terbuat dari barang-barang bekas, mengiringi beberapa lagu seperti Potong Bebek Angsa dan beberapa lagu daerah yang membuat orang-orang bernostalgia. Puluhan kamera dan handphone terfokus pada rombongan yang mengiringi beberapa tokoh yang membaur diantara rombongan. Masyarakat sekitar yang penasaran pun turut menyaksikan riuh rendah Kirab Budaya Ngayogjazz yang mengitari Desa Gilangharjo. Meriahnya suasana menandakan bahwa pembukaan Ngayogjazz sudah dekat.

Pranata Acara semua telah berkumpul di Panggung Jagabaya, tanda pembukaan semakin dekat. Iring-iringan menuju panggung diawali dengan Si Buta dari Gua Hantu yang disurung dengan troli belanja oleh Superman. Kliwon, monyet kesayangan Si Buta menyusul. Rombongan dimeriahkan oleh pasukan drum blek, reog dan juga penari Pancasila Sakti cilik dari Gilangharjo. Superman kemudian mengajak Si Buta dan Kliwon untuk menerjemahkan teks yang mereka bawa tetapi semuanya tidak memahami isi dari teks tersebut. Disambi dengan sedikit guyonan dan juga rasa penasaran akhirnya datanglah Panembahan Senopati, yang diperankan oleh Den Baguse Ngarso, untuk memberikan pemahaman kepada semua superhero tesebut.

Lewat gojekan a la Jogja, Den Baguse Ngarso menyampaikan makna “Negara Mawa Tata, Jazz Mawa Cara”. Beliau ngedika bahwa hidup harmonis artinya ada fleksibilitas dari tiap individu. Masing-masing saling menyesuaikan diri, baik pendatang maupun tuan rumah. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, inilah peribahasa yang tepat untuk menjelaskan agar tiap individu dapat saling membuka dan menerima ilmu serta budaya masing-masing sekaligus menepikan ego demi kehidupan yang harmonis. Hal tersebut menjadi ‘gong’ pembuka rangkaian ibadah bersama sedulur jazz di Gilangharjo. Monggo pinarak Honn! Ngayogjazz 2018 resmi dibuka dan mari rayakan harmoni budaya bersama di Gilangharjo!