WARTA

11
Nov

Workshop Bambu di Padukuhan Kwagon, Bersama Festival Bambu Sleman dan Froghouse

Padukuhan Kwagon sudah mulai mempercantik dirinya menjelang perayaan Ngayogjazz. Beberapa hiasan yang terbuat dari besi dan bambu sudah mulai nampak disekitaran area Padukuhan Kwagon. Pda hari minggu (10/11), diselenggarakan pula Workshop Bambu yang menjadi bagian dari rangkaian penyelenggaraan Ngayogjazz. Bekerja sama dengan Pemerintah Sleman dan juga Froghouse, workshop ini memberikan beberapa materi terkait kolaborasi antara Ngayogjazz dengan Festival Bambu Sleman. Ada beberapa materi yang disampaikan dalam format diskusi santai yaitu keanekaragaman dan budidaya bambu di Sleman, prospek kerajinan bambu, dan membuat hiasan dan dekorasi festival.

Narasumber yang hadir pada kesempatan kali ini adalah Yubdi Herdianto selaku perwakilan dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Eko Wiharto yang menjabat sebagai Ketua Asosiasi Sentra Bambu Sleman, dan Bagus ‘Gonk’ Prabowo dari Froghouse. Masing-masing narasumber menyampaikan poin penting berkaitan dengan bambu yang menjadi primadona yang dipamerkan sebagai bagian dari perayaan Festival Bambu Sleman.

Sebagai salah satu bahan yang mudah untuk ditemui, bambu rupanya memiliki beragam fungsi mulai dari tunasnya yang dipergunakan untuk membuat sayur hingga batangnya yang dipakai untuk perabot dan konstruksi. Eko Wiharto mengungkapkan upaya yang dilakukan oleh rekan-rekan Asosiasi Sentra Bambu yang tidak hanya memproduksi tetapi juga melakukan budidaya, sehingga distribusi bambu tidak hanya berhenti di hulu tetap sampai ke hilir. Upaya ini diharapkan mampu untuk menggugah geliat supaya bambu bisa memiliki nilai ekonomi yang lebih. Namun tidak ditampik juga bahwa desain produk menjadi masalah yang dihadapi oleh para pengrajin.


Hal ini senada dengan penjelasan dari perwakilan Dekranasda. Menurut Yubdi Herdianto, bambu dinilai sebagi harta karun yang tersembunyi. Banyak orang mulai meminati produk dari bambu terutama dari pasar internasional. Namun sayangnya dari segi desain, produk lokal masih belum dilirik karena dianggap kurang menarik. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi yang dilakukan sehingga produksi kriya bambu dari pengrajin lokal mampu bersaing di dunia internasional.

Sebagai pelaku seni, Bagus ‘Gonk’ Prabowo menunjukkan juga kepada rekan-rekan yang hadir di workshop bahwa dari anyaman bambu sederhana, krenceng, kemudian hal tersebut mampu membuatnya untuk menjelajah jauh dan membuka koneksi baru. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi geliatnya dalam menggeluti bambu telah membawanya ke beberapa negara untuk turut serta membantu dalam beberapa proyek. Tak hanya itu, karya-karyanya beserta tim pun sudah dipajang di beberapa negara.

Ada harapan-harapan yang disampaikan melalui diskusi ini termasuk mengharapkan bambu dapat memiliki peran besar dalam memperbaiki, seperti konsep ‘Pringgondani’, banyak hal salah satunya disektor ekonomi dan Indonesia mampu memiliki produsen yang memiliki desain beragam dan mampu bersaing dengan permintaan global. Hal ini menunjukkan bahwa bambu yang produknya dianggap sebagai bahan kelas 3 bisa menjadi komoditas kelas dunia.

Setelah diskusi santai ini selesai, kemudian dilanjutkan dengan santap siang dan workshop yang dipandu langsung oleh Bagus ‘Gonk’ Prabowo dan rekan-rekan. Dalam workshop ini para peserta dari berbagai kalangan hadir untuk membantu mengerjakan beberapa ornamen atau hiasan yang akan menjadi bagian dari kemeriahan Ngayogjazz 2019.